Setelah banyak melihat ulasan positif di internet, gua akhirnya tergoda buat nonton The Wild Robot (2024). Gua pengen sesekali menikmati tontonan bagus setelah kebanyakan nonton horor Indonesia yang lebih sering bikin ketawa ketimbang takut. Dan jujur aja, film ini nggak mengecewakan—gua bahkan bisa bilang, ini animasi yang brilian.
The Wild Robot bercerita tentang Rozzum-7134, atau yang dikenal sebagai Roz, sebuah robot yang terdampar di pulau terpencil setelah kapal pengangkut robot mengalami kecelakaan. Dengan program yang dimilikinya, Roz mencoba melayani dan membantu makhluk-makhluk di pulau tersebut, meskipun awalnya mereka takut dan curiga sama dia. Namun, semuanya berubah ketika Roz menemukan sebuah telur angsa dan memutuskan untuk menyelamatkannya. Telur itu menetas menjadi anak angsa yang diberi nama Brightbill. Bersama seekor rubah licik bernama Fink—yang awalnya mau memangsa Brightbill tapi berakhir membantu Roz—kisah parenting yang unik antara robot dan anak angsa pun dimulai.
Film ini bawangnya ngeri, broh. Nggak mungkin nggak bikin berkaca-kaca, apalagi waktu ngeliat perkembangan hubungan antara Roz dan Brightbill. Gimana bisa sebuah robot, yang cuma mesin tanpa emosi dan jiwa, berubah jadi sosok yang penuh kasih sayang? Itu yang bikin gua kagum sama penulis aslinya. Di tengah lautan kisah orang tua-anak yang udah sering kita tonton, cerita ini datang dengan ide segar: sebuah robot yang mencoba menjadi ibu. Kenapa nggak ada yang mikir bikin cerita kayak gini dari dulu, ya?
Selain ceritanya yang heartwarming, visual film ini juga luar biasa. Rasanya kayak nonton lukisan hidup yang mengisahkan sebuah cerita. Ditambah dengan musik yang sangat menyentuh, gua bener-bener hanyut dalam setiap adegannya. Sumpah, nggak ada yang lebih pas buat menggambarkan visual dan musik di film ini selain kata "indah."
Kalau mau cari kekurangan, gua cuma nemu sedikit di karakter Fink. Sebagai rubah yang awalnya licik dan rela ngelakuin apa aja demi mangsanya, dia tiba-tiba berubah drastis jadi sosok yang membantu Roz. Transisinya terasa agak aneh karena nggak ada motivasi kuat atau momen penting yang bisa bikin perubahan itu masuk akal. Untungnya, karakter Fink tetap nyatu sama alur cerita, jadi nggak terlalu mengganggu, meskipun sedikit nggak bisa diterima secara logis buat gua. Tentu ratingnya bagus juga dong:
The Wild Robot memberikan pengalaman nonton yang luar biasa. Ini bukan sekadar film animasi biasa—ini karya seni yang punya cerita mendalam, visual indah, dan musik yang mengaduk-aduk emosi. Worth every second. Sebelum cabut, gua ada rekomendasi film dengan ide keren dalam konteks di Indonesia nih: Review Film Kereta Berdarah (2024) - Kisah Rel Kereta Bikin Kecewa