Setelah menonton Maharaja (2024), gua merasa perlu banget untuk berbagi pengalaman gua soal film ini. Menariknya, gua pertama kali kepincut film ini bukan dari trailer atau poster, tapi dari video review di kanal YouTube Cinecrib yang gua lihat sekitar dua bulan lalu. Terus terang, saat trailer film ini wara-wiri di beranda media sosial gua, gua sempat nggak terlalu tertarik. Tapi setelah nonton reviewnya, gua pikir, "Oke, mungkin gua kasih kesempatan deh."
Dan ya, gua nggak nyesel!
Awalnya, film ini bener-bener bikin gua bengong. Pas nonton untuk pertama kali, gua merasa plotnya cukup rumit. Jujur, gua nggak langsung paham ceritanya karena ternyata latar waktunya disajikan dengan gaya non-linear, alias bolak-balik antara waktu yang satu dengan yang lain. Tapi yang bikin film ini spesial adalah gimana transisinya begitu mulus. Gua bahkan nggak sadar kapan gua “dipindahin” dari satu waktu ke waktu lain, sampai gua mulai merasa bingung dengan urutan ceritanya. Itulah salah satu poin besar yang bikin gua tercengang.
Satu hal yang gua pelajari dari pengalaman nonton film ini adalah: kadang kita butuh nonton lebih dari sekali untuk bisa benar-benar memahami apa yang disampaikan sutradara. Dan untuk gua, film ini memang perlu ditonton dua kali. Gua pengen pastiin gua nggak salah paham soal ceritanya, dan nonton untuk kedua kalinya benar-benar ngebantu gua buat nyusun potongan-potongan puzzle yang tadinya bikin pusing.
Film ini disutradarai oleh Nithilan Saminathan, nama yang mungkin bagi beberapa orang belum terlalu familiar, tapi gua rasa setelah Maharaja, dia akan semakin diperhitungkan. Produksinya dikerjakan oleh Passion Studios dan The Route, dan deretan pemainnya juga bukan main-main. Gua yakin sebagian dari kalian pasti udah kenal nama-nama besar seperti Vijay Sethupathi dan Anurag Kashyap. Tapi selain mereka, ada juga Mamta Mohandas, Natarajan Subramaniam, Abhirami, Divya Bharathi, dan Singampuli yang semua berhasil menghidupkan karakter-karakter di dalam cerita ini.
Ceritanya kompleks, tapi gua yakin ini justru yang bakal bikin kalian terpikat. Banyak lapisan plot yang bikin kalian mikir, bahkan setelah filmnya selesai. Saminathan jelas nggak mau bikin film yang cuma asal lewat aja. Dia berusaha ngajak penonton buat bener-bener ikut terlibat dalam cerita, nggak cuma duduk pasif dan menikmati tontonan. Gua salut dengan ambisinya.
Dengan durasi lebih dari dua jam, Maharaja mungkin bukan film yang “cepat selesai,” tapi justru itu yang gua suka. Setiap adegan terasa dipikirkan dengan hati-hati, nggak ada yang asal tempel. Pengalaman menonton yang gua dapet dari film ini adalah salah satu yang terbaik dalam beberapa tahun terakhir. Film ini terasa segar dan beda. Gua nggak bisa bilang kalau semua orang akan langsung suka, tapi bagi kalian yang suka film dengan cerita non-konvensional dan penuh teka-teki, Maharaja bakal jadi tontonan yang memuaskan.
Dari segi visual, jangan ditanya lagi. Sinematografi di film ini luar biasa. Beberapa adegan bikin gua terkagum-kagum dengan cara pengambilan gambarnya. Ada beberapa momen di mana kalian bakal merasa “terhisap” ke dalam dunia yang diciptakan oleh Saminathan. Efek visualnya bukan yang berlebihan, tapi justru pas banget buat menguatkan atmosfer cerita.
Buat gua pribadi, Maharaja adalah contoh bagus dari film yang nggak cuma mengandalkan aksi atau efek mewah, tapi lebih ke cerita dan karakter yang dalam. Setelah nonton untuk kedua kalinya, gua jadi semakin menghargai betapa sulitnya menyusun cerita dengan struktur yang non-linear tanpa bikin penonton tersesat. Rating gua untuk film Maharaja (2024):
Jadi, kalau kalian suka film-film yang menantang pola pikir dan punya cerita yang beda dari kebanyakan, gua bener-bener rekomendasiin Maharaja (2024) buat kalian. Gua rasa film ini layak buat dapet perhatian lebih banyak, apalagi kalau kalian suka dengan karya-karya sinematik yang unik. Beri waktu buat film ini, coba nonton lebih dari sekali, dan nikmati perjalanan yang ditawarkan. Siapa tahu, kalian juga bakal merasa puas seperti gua!