Review Film The Deliverance (2024)

Review film The Deliverance (2024) - Teror rumah baru yang berasal dari masa lalu.
Review Film The Deliverance (2024)

Gua mau cerita pengalaman nonton film The Deliverance yang gua tonton di Netflix pada 9 September kemarin. Sebagai pecinta horor, gua langsung penasaran begitu lihat film ini muncul di katalog. Jujur aja, saat itu gua lagi kehabisan hiburan dan butuh sesuatu yang bikin adrenalin naik. Tapi, ya… setelah nonton, gua bisa bilang kalau gua menyesal nonton film ini.

Sejak awal, premisnya nggak menawarkan sesuatu yang baru. The Deliverance berpusat pada rumah berhantu yang punya sejarah tragis dan kaitannya dengan iblis serta ritual kuno. Kalian pasti udah bisa nebak kan ke mana arah cerita ini? Gua juga gitu. Jadi, gua nggak punya ekspektasi tinggi sama sekali. Dan bener aja, film ini jatuhnya datar, bahkan klise. Kalau kalian sering nonton film horor, kayaknya udah sering banget lihat formula yang dipakai film ini: keluarga yang bermasalah, pindah ke rumah baru, terus kejadian aneh mulai satu per satu.

Gua bakal cerita sedikit soal plotnya biar kalian punya gambaran. Sebuah keluarga pindah ke rumah baru karena masalah rumah tangga, ekonomi, dan sosial. Jadi, settingnya udah ketebak banget; mereka datang dengan harapan baru, tapi tentu aja, itu nggak bertahan lama. Nggak lama setelah mereka pindah, mulai deh muncul tanda-tanda ada yang nggak beres di rumah itu. Suara-suara aneh, pintu yang kebuka sendiri, dan tentu aja, kejadian supernatural yang makin lama makin ekstrem. Kalau kalian berharap ada sesuatu yang beda di sini, kalian mungkin bakal kecewa, karena jalan ceritanya sangat standar dan nggak ada yang inovatif.

Yang bikin gua tambah kecewa adalah penokohannya. Film ini punya cast yang lumayan terkenal, di antaranya ada Andra Day, Glenn Close, Caleb McLaughlin, dan Mo'Nique. Tapi entah kenapa, karakter-karakter di film ini terasa sangat datar dan nggak berkesan. Penulisan karakternya lemah banget, dan interaksi antar karakter sering terasa dipaksakan. Ada beberapa momen di mana akting mereka terasa berusaha keras, tapi gua nggak bisa merasa simpati pada karakter-karakternya.

Salah satu hal yang paling bikin gua frustrasi adalah peran pendeta yang muncul tiba-tiba sebagai penyelamat. Gua udah sempat mikir, "Oke, mungkin dia bakal jadi kunci untuk mengungkap misteri atau bantu keluarga ini melawan kekuatan jahat." Tapi sayangnya, peran pendeta ini cuma sekadar formalitas, tanpa memberikan dampak yang berarti pada alur cerita. Malah, dia muncul sebentar, nggak melakukan apa-apa yang penting, dan langsung "hilang" gitu aja. Gua sempat bengong, kayak, "Serius nih? Ini aja?"

Lee Daniels, yang menyutradarai film ini, rasanya kehilangan arah dalam mengarahkan cerita. Sebagai sutradara yang punya track record panjang, gua cukup heran kenapa hasilnya justru kayak gini di genre horor. Gua bisa ngerasain niat baiknya untuk ngebawa elemen-elemen horor klasik, tapi eksekusinya bener-bener nggak berhasil. Atmosfer yang harusnya dibangun buat menakut-nakuti malah terasa lemah dan klise.

Dari sisi produksi, film ini digarap oleh Tucker Tooley Entertainment, Jereco Studios Inc., dan Lee Daniels Entertainment. Secara teknis, nggak ada masalah besar, tapi yang bikin gua kecewa adalah potensinya. Film ini sebenarnya punya peluang buat jadi sesuatu yang menarik, tapi malah jatuh ke lubang klise horor yang itu-itu aja. Dan entah kenapa, setiap kali ada adegan yang kayaknya mau menuju klimaks, eksekusinya malah setengah-setengah. Rasanya kayak ada yang kurang, terutama dari sisi pengembangan cerita.

Satu-satunya hal positif yang bisa gua highlight mungkin adalah performa dari beberapa aktor yang cukup menonjol. Andra Day dan Glenn Close setidaknya memberikan sedikit kedalaman pada karakter mereka, tapi ya… nggak cukup buat menyelamatkan keseluruhan film. Selebihnya, akting sebagian besar pemain terasa datar, mungkin karena pengarahan yang nggak tepat. Kayaknya energi yang mereka punya nggak tersalurkan dengan baik, entah karena skripnya yang lemah atau memang sutradaranya nggak maksimal dalam mengarahkan mereka.

Pada akhirnya, The Deliverance adalah film yang gua tonton cuma sekali dan nggak pengen gua ulang. Gua bisa bilang ini sebagai salah satu film horor yang cukup mengecewakan di tahun ini. Buat kalian yang berharap ketegangan atau plot twist seru, mungkin kalian bakal ngerasa sama kecewanya kayak gua. Tapi ya, kalau kalian sekedar butuh hiburan horor ringan tanpa ekspektasi apa-apa, mungkin film ini masih bisa kalian nikmati. Hanya aja, buat gua, film ini sangat biasa dan nggak memberikan kesan yang kuat. Rating gua ya:

5.0
Kelakuan anak yang laknat

Gua nggak terlalu rekomendasiin film ini buat kalian yang nyari pengalaman horor yang bener-bener bikin bulu kuduk berdiri. Kalau kalian udah nonton film-film horor yang lebih kuat kayak The Conjuring atau Hereditary, The Deliverance mungkin bakal terasa seperti downgrade yang cukup mengecewakan. Tapi ya, itu cuma opini gua. Siapa tahu kalian punya pandangan lain?

Oh iya, kalian bisa baca juga review lain: Review Film Maharaja (2024) - Aksi Thriller Di Luar Nalar Tahun Ini

About the author

Rohk's
Suka baca, nonton, dan kepo banyak hal.

Posting Komentar