Review Film Do You See What I See (2024) - Pendalaman Cerita Yang Lebih Dari Podcastnya

Review Film Do You See What I See (2024) - Perjalanan cinta antara dua dunia yang tak terduga.
Review Film Do You See What I See (2024) - Pendalaman Cerita Yang Lebih Dari Podcastnya

Gua udah lama banget nunggu film Do You See What I See ini karena gua penikmat podcast-nya dan pernah baca antologi cerpennya juga. Jadi, gua udah kebayang lah garis besar ceritanya sebelum filmnya muncul di Netflix. Tapi kan beda ya, podcast atau cerita pendek dengan versi film. Pertanyaannya: apa filmnya berhasil menyampaikan vibe seram yang sama?

Jujur aja, gua nggak langsung nonton film ini meski udah lumayan lama ada di Netflix. Kenapa? Soalnya gua punya ritual kecil: sebelum nonton film yang diantisipasi, gua biasanya nonton horor-horor mediocre dulu. Anggap aja kayak "pemanasan". Sengaja nyimpen film bagus buat dinikmati terakhir setelah dihantam sama horor yang nggak jelas kualitasnya. Dan ternyata strategi ini pas banget! Pas gua akhirnya nonton Do You See What I See, rasanya kayak dapat dessert setelah makan makanan hambar.

Dari segi visual, film ini berhasil banget memanjakan mata. Gua kagum sama teknik pengambilan gambar yang digunakan. Sutradara pinter banget memanfaatkan sudut pandang orang pertama di beberapa adegan, bikin gua yang nonton jadi merasa lebih “terlibat”. Serasa ikutan nyemplung dalam kejadian horornya, sampai jantung deg-degan sendiri. Tapi ya, sayangnya nggak semua elemen sempurna. Salah satu hal yang cukup mengganggu adalah tone visualnya yang terlalu gelap. Karena mayoritas kejadian di film ini berlatar malam, kadang gua susah lihat apa yang sebenarnya terjadi. Rasanya kayak, “Eh itu apaan? Nggak jelas nih!”

Ada juga masalah kecil soal dialog yang menurut gua sedikit nggak konsisten sama latar waktu cerita. Seinget gua, ceritanya kan berlatar di tahun 1990-an, tapi beberapa kata yang dipakai malah terasa kayak bahasa anak-anak zaman sekarang. Contohnya? Di salah satu dialog, ada karakter yang nyebut “pocong” sebagai “poci”. Ini bikin gua ketawa kecil sih—bukan masalah besar, tapi bikin perhatian teralihkan sesaat karena terasa ganjil.

Meski begitu, gua harus kasih kredit bahwa film ini lebih mendalam dalam cerita dibanding podcast atau cerpennya. Di sini, banyak detail baru yang bikin plotnya terasa lebih utuh. Mulai dari latar belakang kejadian di makam, hubungan antara karakter, sampai dengan sebab-musabab kenapa kejadian mistis ini bisa terjadi. Pendalaman karakter teman-teman karakter utama juga lebih terasa. Cara mereka bekerja sama menyelesaikan masalahnya pun lebih jelas di film, bikin ceritanya terasa lebih hidup dan nggak sekadar horor biasa. Film ini berani gua beri nilai:

7.0
Pita merah berkesan mewah

Menurut gua, Do You See What I See berhasil menghadirkan pengalaman horor yang solid. Meski ada beberapa kekurangan kecil di dialog dan visual yang kadang terlalu gelap, gua tetap puas dengan adaptasi ini. Filmnya nggak cuma berhasil membawa atmosfer podcast ke layar, tapi juga nambahin kedalaman cerita yang bikin gua merasa terikat dengan karakter-karakternya. Buat kalian yang suka horor dengan storytelling kuat, film ini layak buat masuk watchlist. Selain film ini, ada juga yang menarik nih: Review Film Tarot (2024) - Ide Horor Menarik, Itu Sih!

About the author

Rohk's
Suka baca, nonton, dan kepo banyak hal.

Posting Komentar