Abis gua nonton Sector 36 (2024), mood gua ancur parah. Serius, film itu bener-bener berat—dan kayaknya gua butuh banget sesuatu yang lebih ringan tapi tetep engaging. Gua akhirnya scroll Netflix dan nemu Code 8 Part II (2024). Kayaknya ini pilihan tepat buat lepas dari vibe suram tadi, sekaligus masuk ke genre yang gua suka: sci-fi dan aksi futuristik.
Oke, jadi Code 8 Part II ngambil latar beberapa bulan atau bahkan tahun setelah kejadian di film pertamanya. Di sini, Connor, karakter utama kita, udah menyelesaikan masa tahanannya—sebuah langkah buat menebus semua kesalahan di masa lalu. Kalian yang nonton film pertamanya pasti tau gimana perjuangan Connor demi ibunya yang sakit. Tapi kali ini, fokus cerita geser dari urusan pribadi jadi lebih ke masalah sosial dan ketidakadilan. Ini bikin sekuelnya punya skala cerita yang lebih besar, walaupun dampaknya ke emosi gua nggak segreget film pertama.
Masuknya karakter Pavani nambah dinamika baru. Pavani ini gadis muda yang jadi saksi kebrutalan robot-robot keamanan, khususnya robot anjing yang berperan sebagai “penjaga lingkungan.” Tapi yang bikin masalah adalah polisi korup di balik semua ini—sosok licik yang naik jabatan dengan cara kotor. Pavani mulai diincar, dan Connor, meski udah berusaha hidup lurus, kebetulan terlibat dan nggak bisa tinggal diam. Dari sini, film mulai masuk ke ranah aksi berkecepatan tinggi dan bentrok antara kebaikan dan sistem busuk yang bikin gua nggak bisa berhenti nonton.
Dari segi teknis, gua akui Code 8 Part II naik level. Pengambilan gambar dan efek visualnya rapi banget—seakan-akan mereka belajar banyak dari film pertama dan mutusin buat tampil lebih megah di sekuel ini. Musiknya juga oke, pas banget mengiringi setiap momen aksi atau ketegangan. Meski begitu, ada beberapa bagian yang agak terasa kayak too much—seolah mau nunjukin bahwa ini film dengan skala lebih besar, tapi akhirnya malah sedikit kehilangan fokus di beberapa tempat.
Sayangnya, hubungan Connor dan Pavani kurang greget. Ini salah satu hal yang menurut gua bikin film kedua ini nggak sekuat yang pertama. Di film pertama, konflik emosional antara Connor dan ibunya begitu terasa—kalian bisa ngerasain betapa besar tekanan buat Connor waktu itu. Tapi di sini, meskipun hubungan antara Connor dan Pavani dikelola dengan baik, nggak ada feel emosional yang sama mendalamnya. Pavani terasa lebih sebagai katalis cerita ketimbang karakter yang bener-bener bikin penonton merasa terhubung. Bukan berarti jelek, tapi gua berharap lebih banyak momen emosional yang bikin film ini nempel lebih lama di kepala.
Kalau kalian suka sci-fi dengan aksi cepat dan visual yang keren, Code 8 Part II adalah pilihan tepat. Tapi jangan berharap kalian akan dapet feel emosional yang sama seperti di film pertama. Ini lebih ke cerita aksi dan pemberontakan melawan ketidakadilan, bukan drama personal yang dalem. Jadi, buat kalian yang butuh pelarian dari film berat kayak gua yang abis nonton Sector 36, Code 8 Part II bisa jadi opsi yang menyegarkan. Kalian pengen tahu Sector 36 (2024)? Baca ini: Review Film Sector 36 (2024) - Film Ini Sakit Sih, Bikin Mual Saat Nonton