Sector 36 (2024) ini beneran bikin gua pusing—kayak yang gua bilang sebelumnya, ini film “depresif” dan “mumet” banget. Bukan cuma bikin emosi naik turun, tapi juga ngasih liat sisi gelap manusia yang bikin gua mual. Ini salah satu tontonan yang meninggalkan bekas lama di pikiran, bukan dalam arti positif.
Film ini berkisah tentang sebuah distrik di India bernama Sector 36, perkampungan kumuh tempat orang dari berbagai daerah datang buat nyari peruntungan. Di tempat yang mayoritas penduduknya hidup miskin, awalnya kehidupan berjalan biasa aja, meskipun serba sulit. Tapi lama-lama, satu per satu anak-anak di kampung itu hilang secara misterius. Orang tua mereka panik dan lapor ke polisi, tapi laporan itu cuma dianggap angin lalu. Polisi malah berasumsi kalau orang-orang ini pindah sendiri atau kabur ke tempat lain buat kerja.
Sampai akhirnya, ketakutan mereka jadi nyata. Potongan tulang ditemukan di selokan, dan ada kejadian mengerikan di mana anak seorang polisi hampir diculik oleh orang asing. Dari situ mulai kebuka pelan-pelan misteri gelap di balik hilangnya banyak orang, dan gua nggak nyangka bakal sekejam ini.
Gua kasih spoiler dikit: ini terinspirasi dari kasus nyata di India—tentang seorang psikopat gila yang nggak cuma menculik, tapi juga membunuh, memakan, dan bahkan memperdagangkan organ korban-korbannya. Lebih parahnya lagi, dia dengan santainya cerita ke polisi semua hal keji yang dia lakuin. Ini bener-bener kasus yang bikin gua kehilangan selera makan daging. Iya, sekotor dan sebrutal itu.
Meski adegan sadisnya nggak selalu diperlihatkan secara gamblang, atmosfer mencekam terasa banget. Rasa geram, sedih, jijik—campur aduk jadi satu. Beberapa kali gua sampai nganga karena nggak nyangka alur ceritanya bakal segila itu. Ini bukan film yang gampang dilupain.
Secara teknis, film ini juga rapi banget. Visual dan sinematografinya cocok buat genre kriminal thriller kayak gini, ngasih kesan kelam dan menegangkan. Sayangnya, meski gua suka gimana cerita berkembang, ending-nya kurang dramatis. Tapi, buat film dengan tema seberat ini, penutupnya udah cukup pas. Menurut kalian? Daripada pusing mikirin film ini, nonton yang ini aja lebih fun: Review Film The Predator (2018) - Lebih Dalam Dan Seru