Review Film The Shadow Strays (2024) - Seru Dan Keren Parah, Bangga Film Indonesia

Review film The Shadow Strays (2024) - Melawan semuanya demi membawa kembali sosok yang memberikan makna kasih dan cinta.
Review Film The Shadow Strays (2024) - Seru Dan Keren Parah, Bangga Film Indonesia

Begitu The Shadow Strays rilis di Netflix, gua langsung gas nonton tanpa mikir panjang. Nonton di layar TV gede dengan speaker yang mantap, behhh, sensasinya maksimal. Film ini bercerita tentang agen bayangan dengan kode nama 13, bagian dari organisasi misterius yang mengerjakan misi-misi gelap di balik layar. Di setiap misi, mereka dituntut sempurna—tanpa kesalahan.

Masalah mulai muncul waktu 13 gagal menyelesaikan misinya di Jepang dengan rapi. Sebagai hukuman, dia harus melewati latihan emosi dan mental. Sambil nunggu misi baru, 13 merasa hidupnya hampa dan mulai bosan. Kehampaan itu perlahan sirna ketika dia bertemu Monji, anak kecil yang ditinggal ibunya. Hubungan mereka berkembang erat, sampai suatu hari Monji hilang. Misi 13 pun berubah—bukan sekadar perintah organisasi, tapi pencarian pribadi yang penuh emosi.

Premisnya sih sederhana—pembunuh bayaran yang lagi rehat harus menghadapi misi emosional. Memang bukan konsep baru, tapi film ini berhasil bikin ceritanya tetap menarik. Adegan aksinya keren parah. Koreografi pertarungan, ketegangan tiap adegan, sampai visual yang memanjakan mata—semua eksekusinya memuaskan. Apalagi yang bikin gua bangga, film ini ternyata disutradarai oleh orang Indonesia. Kualitasnya udah nggak berasa standar lokal, gua ngerasa ini layak dibandingin sama film-film internasional macam The Raid atau John Wick.

Walau seru, ada beberapa kekurangan yang gua perhatiin. Durasi film ini terasa kepanjangan. Meskipun ceritanya nggak bikin bosan, gua ngerasa film ini harusnya ditutup setelah 13 berhasil menyelesaikan misi pribadinya. Kalau mau ada lanjutan, bisa disimpan buat sekuel—kayak konsep The Raid, di mana film pertama selesai dengan rapi, dan film kedua langsung bikin penonton kaget dengan pembukaan tak terduga.

Efek visualnya juga oke, tapi sayangnya ada beberapa bagian yang nggak konsisten. Misalnya, adegan tembakan di mana peluru bisa bikin lubang bercahaya—ini pistol atau lampu sorot? Terus di adegan lain, kaca depan mobil kayak tahan peluru, tapi kaca samping malah pecah gampang. Kesannya kayak setengah-setengah: mau bulletproof, tapi nggak semua bagian mobil tahan peluru.

Musik di film ini juga pas banget sama mood adegan, tapi... kadang volumenya nggak seimbang. Ada momen di mana musiknya nutupin efek suara, atau malah sebaliknya—efek suara terlalu dominan. Tapi, hal ini nggak terlalu ganggu karena keseluruhan pengalaman tetap asik. Rating gua untuk film keren ini:

8.0
Bom paku seru

Sangat puas gua nonton The Shadow Strays. Keren parah. Walaupun ada beberapa kekurangan kecil, film ini tetap sukses bikin gua betah dan bangga. Indonesia bisa bikin film sekeren ini, dan saat melihat ini, gua yakin perfilman Indonesia bakal berkembang lebih maju lagi. Gua ada juga rekomendasi film lain nih: Review Film Malam Pencabut Nyawa (2024) - Adaptasi Keren Dari Novel Lokal Yang Juga Keren

About the author

Rohk's
Suka baca, nonton, dan kepo banyak hal.

Posting Komentar